Minggu, 17 Mei 2015

Tiga Minggu Menikmati Radang Amandel yang Bikin Susah Makan... Jangan Buru-buru Dioperasi

Tiga minggu penderitaan akibat meradangnya area tenggorokan...
Kisah ini dimulai dari hari Kartinian Selasa, 21 April 2015, siang itu aku masih merasakan makan siang yang nikmat bersama rekan-rekan kantor tuk merayakan ultah salah satu kawan  di suatu restoran Sunda Jalan Batu Tulis Jakarta. Hmmm nikmatnya es kelapa muda bulat dengan perasan jeruk di tengah teriknya panas Jakarta.

Namun kenikmatan itu tidak berlangsung lama, sore harinya tenggorokanku mulai terasa nggak enak.. wah mungkin mau flu. Malam menjelang tidur aku udah bersiap2 minum obat anti flu ah. Namun belum terlaksana niatku itu, hp ku berdering..."Inna lillahi" ternyata istri saudara muslimku telah dipanggil yang Mahakuasa sesaat yang lalu, mungkin terkena serangan jantung yang tidak terdeteksi selama ini, biasanya beliau almh hanya mengeluh masuk angin saja. Semoga almarhumah khusnul khotimah, diampuni segala dosanya dan diterima semuluruh amal ibadahnya.  Sontak aku bergegas ke rumah sakit tempat pertolongan pertama istri saudaraku ditangani, jam sudah melewati tengah malam jadilah  begadang sampai esok sorenya menjelang Ashar selesai pemakaman. Wedewww, sore hari sampai kantor badan mulai panas dingin nggak keruan dan ngak kuat nyetir lagi. Untunglah ada tumpangan kawanku yang sama2 tinggal di bilangan Bekasi, jadi deh penumpang gratisan... he he hee sekali2 jadi boss lah disopirin naik mobil klasik..

nebeng Cressida 90-an all red maroon leather seat yeeaahhh...

Mulai lah malam pertama panas dingin nggak bisa tidur. Kamis paginya badanku yang udah gak enak dipaksakan masuk kerja setelah minum obat penurun panas. Mau mampir ke poliklinik kantor ternyata dokternya lagi cuti, akhirnya mampir ke Puskesmas Kebon Kelapa yang persis berada beberapa persil dari kantor tercinta ciee cieeee.

Dengan bermodalkan identitas KTP dan bayar karcis Rp 2.000, antrian dokter pagi yang masih tidak terlalu banyak dapat kulalui dengan mulus. Setelah diperiksa dokter dengan senter jadulnya cuma di bilang kena radang tenggorokan tuh, sudah memerah... maka diberikan 3 set obat terdiri dari vitamin, obat flu/panas dan anti radang dextametasome (maaf kalo salah nulis). Hari ke-2, 3, 4 dan seterusnya kulalui koq nih radang nggak hilang2 malah makin merajalela sakitnya, tiap hari cuma bisa makin bubur dan kuah soto.. makan nasi dan lain2 atittttttt banget. Kerjaan tiap hari dari pagi dan sore cuma berjemur dan mencari kehangatan matahari di luar ruangan, kadang di atap gedung, belakang blower AC sampai dengan pantry yang terbuka jendelanya wwkk wwkkk, sungguh ngak efektif dan produktifnya kerjaan kantor terbengkalai...


Soto Ambengan Jawa Timuran...

Bubur ayam murah meriah
Berjemur di atas atap Lantai 6

Pantry tempat berjemur, berebut duluan ama penjemur Batu Akik wewww


Yang ini berjemur di belakang eh depan blower AC.. awas polusi exhaust
Beneran, obat puskesmas udah hampir abis tapi belon ada gejala mereda, maka berdasarkan saran ponakanku yang dokter digantilah obatnya jadi Lamesome dan ditambah antibiotik Ammoxan analgetiknya terserah aku aja, saking gak nahannya kuminum Antalgin 500 tiap sakit terasa datang.  Beberapa hari sudah, radang dan panas dinginnya belum hilang2 juga maka disarankan aku mrngganti obat radangnya dengan Cataflam saja, AB tetap diteruskan.

Sampai disini beberapa hari masih berasa juga maka akhir minggu kedua kuberanikan ke dokter RS Spesialis THT-Bedah KL yang di Jalan Proklamasi itu. Apa tuh THT- Bedah KL, kata temanku THT udah biasa seputaran Telinga Hidung dan tenggorakan, nah yang KL adalah katanya kelamin... huarakadah... salah alamat nih. Usut punya usut ternyata Kepala Leher mazbro!!! Hua ha haaaaaa dunia kedokteran emang makin luas dari THT doang berkembang jadi sub spesialis Bedah KL. Pantesan, maunya operasi seputaran Kepala Leher aja, wwwkk wwkkk.

Pelayanan di RS ini lumayan cepat dan simple, mulai dari daftar, tunggu periksa dokter dan obat hingga kasir tidak bertele2, alhamdulillah. Nah hasil pemeriksaan di RS inilah aku divonis amandelnya sudah sangat besar, infeksi, bolong2 dan bernanah. Jadi untuk apa lagi dipelihara, obat yang aku pakai katanya sudah cocok tinggal dilanjutkan dosis dan resepnya. OK lah, kata dokternya setelah sekitar 3 minggu sembuh boleh kembali untuk operasi pengangkatan amandel.

Wuihhhh apa sih amandel itu? Mengapa bisa meradang yach?
Amandel atau bisa disebut dengan tonsil adalah kumpulan jaringan limfoid, terletak di bagian kerongkongan di belakang kedua ujung lipatan belakang mulut. Tonsil sangat berfungsi untuk menahan kuman yang bisa masuk melalui mulut,hidung dan kerongkongan. Penyakit amandel jika dibiarkan akan berbahaya untuk diri Anda jangan sekali-sekali menyepelekan penyakit amandel.

tuh amandel alias tonsil yang sepasang kiri kanan


Amandel mempunyai fungsi utama untuk mempertahankan tubuh terutaman untuk anak-anak yang   berusia    6 tahun untuk melawan penyakit. Jika seseorang yang sudah bertambah usia seharusnya amandel yang dimilikinya akan bertambah kecil, tetapi jika amandel tidak mengecil berarti telah terjadi infeksi atau peradangan.

Amandel bisa dicegah dan diobati dengan berbagai cara yaitu dengan memperhatikan kebersihan makanan, gigi dan mulut dari bakteri dan virus seperti virus mononucleosis dan virus epstein, menghindari makan makanan yang pedas, cukupi asupan Vitamin C, menghindari makanan yang banyak mengandung bahan pengawet. Nah, tentunya anda tidak mau jika penyakit ini terjadi kepada diri anda, karena penyakit ini akan mengganggu anda dalam beraktivitas. Untuk anda yang mempunyai penyakit radang amandel sebaiknya anda jangan melakukan operasi untuk menghilangkannya, anda masih bisa menggunakan obat untuk amandel yang alami dan aman bagi diri anda. (sumber: www.amandel.org).

Hmm setelah divonis amandelnya rusak oleh dokter spesialis THT itu hatiku menjadi tenang, alhamdulillah paling tidak nunggu penderitaan 3 minggu lagi, jadi lima minggu alias sebulan yach tuk nunggu proses operasinya. Kalau biaya sudah dihitung2, kalau RS swasta ya rata2 kelas II sekitar 15 juta Rupiahan dengan saran 3 hari opname, ntah kalau pada anak2 konon bisa langsung pulang pasca operasi. Ah nggak masalahlah paling PNS macam diriku ditanggung ama Askes alias BPJS yang tentunya di RS standar pemerintah. Tapi waktu yang tersita, terus fungsi pertahanan amandelnya gimana, ah kata dokter emang udah rusak koq.. bla bla blaaaa.

Hingga suatu hari pulang dari RS aku cari makan siang di warung Bu Nini belakang SD Kebon Kelapa.. nih Bu warung cukup care ama pelanggannya, swear padahal aku baru mkn 2x di sana. Nah pertemuan kedua ditanya koq makannya dikit aja, iya aku hanya bungkus nasi setengah centong aja sebab sopnya udah ngebungkus beli di Pecenongan. Bungkus nasi secemit, itu aja karena  udah kangen banget ama nasi, habis makan bubur mulu sampai2 dimasakin istri tercinta di rumah....  pan bosen.

Si Ibu ngasih tahu.. "Oh kena amandel yach?"... "Anak saya dulu juga gitu, dibawa aja ke Dokter Harun di Sahardjo yg habis pecahan Jl Minangkabau itu" . Kubilang "Wah di mana tuh Bu? terus gimana?".
Iya kata Si Ibu, anaknya waktu masih SD berobat sekitar sini katanya amandelnya parah, terus dibawa ke dokter Harun itu,  sekarang udah berumur 30 thn anaknya gak ada masalah apa2. Boleh juga tuh pikirku...

Tanpa pikir panjang sorenya langsung aku hunting googling dokter Harun, ternyata alamatnya di Jl Saharjo Nomor 98 ada alamat google mapsnya "Klinik THT Dr. AC Harun" tapi gambarnya kok gak ada.... sebelah mana yach.... Nomor teleponnnya 021-8297462 tetapi waktu pesan nomor antrian kata asistennya langsung datang saja dilayani pagi pukul 08.00 - 12.00 dan sore pkl 17.00 - 21.30, buka hari kerja s.d. Sabtu, tutup di hari  Minggu atau libur nasional.

Pendek kata kucari sejengkal demi sejengkal jalan mulai dari Manggarai-Saharjo pertemuan Minangkabau dari utara ke selatan. Kutengok sebelah kanan sebagai ancer2nya mulai dari Toba Dream (cafenya Gerobak alias Gerombolan Batak), Mesjis Baiturahman, Biro Travel Pantravel, Martabak Kubang... nah persis sebelahnya. Tuh plang dokter kelelep ama Martabak Kubang, beberapa meter putar balik dan langsung merapat di lokasi.
Papan dokter yang kelelep Martabak Kubang warna kuning
Capture dari Google Maps, Jl. Prof. Dr. Supomo

Mendaftar dengan menunjukkan KTP yang direkam oleh asistennya pada data komputer pasien, kemudian menunggu sebentar 1-2 pasien diperiksa oleh dokter AC Harun. Dokternya kelihatan sudah sepuh banget (baca: profesional jadul) rambut memutih tidak terlalu gemuk cenderung rampinglah ini dokter. Ditanya sebentar keluhannya lalu dipersilakan duduk di kursi pemeriksaan THT dengan alat penjepit atau stick kecil iti dan senter khas dokter THT di kepalanya Pak Dokter. "Hmm sudah meradang... di suntik atau minum obatnya? disuntik ya biar cepat?".  "Ok dok, lama gak disuntik nih sejak kecil nggak sakit kan?" aku meyakinkan diriku sendiri. Berbaring telungkup di tempat tidur pasien, buka sedikit di bawah bokong... jusss dingin kena alkohol pembersih.. relakssss.....blessssss.... enak juga nyuntiknya gak berasa tuh dokter. He he heee pegel hasil suntikannya sih masih berasa sampai esoknya.

"Yah biasa itu amandel meradang seperti itu, obat radang, nyeri dan antibiotik diminum... nanti kalau belum hilang datang lagi, biasanya sih pasien 2x datang" begitu kata dokternya. "Ho oh, kataku".

"Hmm nanti perlu operasi lagi gak dok?" tanya ku penasaran lagi. "Nanti dlihat saja, biasanya sih pasien dari sini tidak mengeluh lagi". Yes, mudah2an tidak mengeluh atau kembali karena sembuh total jadi  tidak perlu operasi atau....  jangan2 terus operasi di tempat lain jadi gak kembali ke situ? ah nggak lah, jangan su'udzon dulu..

 "Ok dok terima kasih".  "Perlu kuitansi nggak?" tanya dokter. "Oh bayarnya di sini?" ku balik tanya. "Berapa?" . "Bla" (sekali aja bukan bla bla blaa), kukeluarkan 3 lembar biru dari dompet tipisku. Maklum dompet tebelnya cuma ama kartu kredit doang, biasa transaksi modern mensyukuri masih dipercaya berhutang oleh bank. Keluar ruang periksa menyerahkan resep ke kamar obat, membayar 2 lembar merah dan menunggu obat diberikan.

Tiga hari berlalu, obatnya disetting habis, kukembali ke dokter Harun diperiksa kembali, Katanya "Sudah 75%, masih perlu obat dan suntik sekali lagi". Ya semoga sekali lagi biar tuntas. memang alhamdulillah panas dingin sudah hilang, artinya infeksi sudah tidak ada. Hanya sedikit masih serek kaya mau gatel digaruk saat itu.

Alhamdulillah 3 hari kedua sudah berakhir, rasanya tidak perlu kembali ke dokter lagi dan mudah2an amandelnya memang sudah sembuh tuntas dan mengecil normal hingga tidak mengganggu kesehatan. Alhamdulillah Ya Allah atas nikmat yang Engkau berikan.

Sementara itu, sejak kudinyatakan amandel oleh RS THT, saudaraku masih orang tua di Bima, Sumbawa mengirimkan doa dan obat untuk diiminum dan dibalur, ya nggak ada salahnya lah obat warisan nenek moyang diminum lagi kan alami pasti tidak ada efek samping. Maka selain rekomendasi dari satpam kantor supaya makan nanas banyak2 tiap hari.. hikkk sampai sakit peyut akoooht.., kuminum seduhan butir2 kaya tumbukan beras ama batu bata ini masing-masing 10 butir... Bismillah, semoga berkhasiat dan bermanfaat, aamiin.
.
Ramuan tradisional sumbawa, lebih mantap dengan madunya